"The Wind of Change"

Kamis, 21 Februari 2008

Saatnya PSIS Semarang Untuk Mandiri


Semenjak pemerintah pusat mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomer 59 tahun 2007 sebagai revisi dari Permendagri No. 13 tahun 2006 banyak klub-klub sepak bola di tanah air yang dikelola oleh pemerintah kota atau kabupaten kelabakan dalam hal pendanaan. Dikarenakan Permendagri No. 59 tahun 2007 melarang pemberian dana hibah untuk klub-klub professional, peraturan tidak memungkinkan untuk memberikan dana hibah kepada klub sepak bola secara terus-menerus, karena klub sepak bola bukan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah), akan tetapi masuk kategori organisasi kemasyarakatan. Oleh karena itu banyak klub-klub professional sepak bola ditanah air yang setiap tahunnya selalu mendapatkan kucuran dana dari APBD kelimpungan (kebingungan) untuk mendapatkan dana guna mengarungi kompetisi Super Liga, Divisi Utama maupun Divisi-Divisi dibawahnya untuk tahun-tahun yang akan datang.


Banyak klub peserta liga Indonesia untuk kompetisi tahun 2008 mendatang menyiasati Permendagri No. 59 tahun 2007 dengan berbagai cara untuk tetap dapat kucuran dana APBD, misalnya yang dilakukan oleh Persiku Kudus meminta anggaran dari APBD yang dititipkan lewat Dinas Pendidikan, juga Persijap Jepara yang mengusulkan anggaran dari APBD yang dititipkan lewat KONI. Ada juga yang mensiasati dengan membentuk dinas baru seperti yang dilakukan pemerintah daerah Kota Kediri, agar tetap dapat mendanai klub kebanggaan Kota Kediri, pemda membentuk Dinas Pemuda dan Olah Raga (Dispora) dengan tujuan agar kucuran dana dari APBD dapat dititipkan lewat dinas baru tersebut. Tentunya semua ini tergantung pada kebijakan masing-masing daerah, ada juga daerah yang untuk kompetisi mendatang klub masih diberi suntikan dana dari APBD lewat bantuan hibah, seperti salah satu contohnya adalah Persiba Balikpapan dan Persema Malang.


Hal ini pun tak luput juga berdampak pada klub favorit saya yaitu PSIS Semarang yang merupakan klub kebanggaan warga Kota Semarang khususnya dan warga Jawa Tengah pada umumnya. Terkait pengajuan dana sekitar 14 Milyar dari pihak manajemen PSIS Semarang untuk operasional klub dalam mengarungi musim kompetisi 2008 ditolak oleh anggota dewan, dengan alasan terbentur dengan peraturan. Kalau saya boleh berkomentar, keputusan untuk menstop uang rakyat dipergunakan oleh klub professional seperti PSIS, merupakan keputusan anggota dewan yang saya rasa cukup tepat. Dan patut kita beri apresiasi… Karena sudah banyak milyaran uang rakyat di berbagai daerah ditanah air yang tiap tahunnya dihambur-hamburkan untuk pesta sepak bola yang minim prestasi nasional maupun regional.. Output dari kompetisi yang berbiaya mahal tidak berdampak pada perkembangan sepakbola nasional. Kompetisi yang carut marut dan sesuatu yang harus dibayar dengan mahal juga…Alangkah baiknya dana milyaran tersebut dialokasikan untuk urusan-urusan yang lebih penting dan memiliki manfaat jangka panjang, seperti untuk pendidikan, pembangunan, kesehatan, dan untuk para kaum miskin yang masih memerlukan bantuan. Bukannya saya menganjurkan untuk menolak atau melarang kompetisi sepak bola nasional dilaksanakan, saya pun cinta kemajuan sepak bola nasional, akan tetapi kita butuh kesadaran..itu yang paling penting..bahwa untuk menjalani kompetisi sepak bola, klub jangan terus-terusan tergantung pada kucuran dana APBD, masih banyak alternatif pendanaan selain dari APBD. Iya tho??? Dana dari APBD kan fungsinya dalam rangka untuk pelaksanaan pelayanan publik, dan ujung-ujungnya untuk kesejahteraan rakyat. Yang jadi pertanyaan adalah, ada gak sih klub sepak bola professional memberikan pelayanan kepada masyarakat/publik dan meningkatkan kesejahteraan rakyat dimasa yang akan datang secara keseluruhan???


Ingat ya..kompetisi yang baik tidak harus mahal pren... klub-klub sepak bola di tanah air pun kudu bisa berswasembada.. apalah artinya klub sepak bola profesional kalau pendanaannya saja masih ngemis or minta-minta pada kucuran dana APBD..beehh...!!! malu-malu in…apa kata dunia…???


Uutuk PSIS nih…mas Yoyok sukawi saya dukung keputusannya untuk tetap ikut kompetisi 2009 tanpa harus mengandalkan kucuran dana APBD yak..!!! ayo kang Yoyok kita berswasembada walaupun kudu susah payah cari sponsor dan mengelola/memanage keuangan klub sebesar PSIS Semarang... jadikan PSIS Semarang klub pertama di Indonesia yang bias berswasembada tanpa bergantung dari kucuran dana APBD..tentu ada kemauan dari semua pihak untuk bekerja keras. Kalo usul saya PSIS kudu dikelola seperti mengelola sebuah perusahaan swasta (klub2 di eropa udah jadi perusahaan swasta). PSIS harus punya perencanaan yang berorientasi ke depan tidak hanya 1 tahun saja, akan tapi punya rencana jangka panjang kedepan, kalo klub yang mengandalkan kucuran dana APBD, klub tersebut hanya berorientasinya cuman 1 tahun saja, setelah itu bubar.. nunggu kucuran dana lagi untuk satu tahun kedepan…capek deh!!!


Contoh nohh..Arsenal, Chelsea and Manchester United, klub kaya di-EPL yang gak pake dana sepeserpun dari APBD tuh... PSIS musti bisa kayak klub-klub di EPL, dikelola seperti perusahaan swasta, ada komisarisnya, ada direksinya, ada manejernya, kalo bias PSIS kudu meniru tuh klub-klub di EPL…kudu jual saham dan musti IPO nih ke BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk nambah-nambah modal..siapa tahu Roman Abramovic, malcom Glezser, atau Thaksin Shinawatra kepincut beli saham PSIS hehe…perlu diinget nih klub-klub eropa mendanai klubnya dari pendapatan penjualan tiket pertandingan, pendapatan penjualan tiket terusan, pendapatan dari siaran TV, pendapatan iklan, pendapatan penjualan merchandising, pendapatan transfer penjualan pemain, dan yang paling utama dari sponsor…ntu!!! Gak harus pake dana APBD khan???


Jadi intinya nih pengurus yang ntar mengurus PSIS Semarang kudu professional dan mau bekerja keras…harus bisa itung-itung untung dan rugi…ok deh, moga-moga sukses untuk manajemen PSIS…sing penting alon-alon asal kelakon….Sudah saatnya PSIS Semarang untuk Mandiri, kalau tidak dimulai dari sekarang mau kapan lagi??? Yha tho???


Hidup Kemajuan Sepak bola Indonesia!!!!!

Tidak ada komentar: